Waktu memikirkan masa depan, apa sih yang kamu bayangkan? Apakah kamu merasa takut? Gelisah? Atau justru tetap berharap dengan bahagia?
Kita gak bisa memungkiri kalau ketidakpastian memang sedang
menghantui masa depan kita. Apalagi di tengah situasi ekonomi dunia dan masalah
lain yang silih berganti, entah itu perang, kejahatan, pelecehan seksual, LGBTQ dan sebagainya.
Saat Tuhan menawarkan kita kunci untuk hidup dalam kemenangan, kita gak punya alasan untuk takut.
Alih-alih menggantungkan keputusasaan kita kepada sesuatu yang gak pasti, kita bisa belajar untuk berharap kepada Tuhan.
Mari belajar dari Amsal 31: 10-31 ini.
"Pakaiannya adalah kekuatan dan kemuliaan, ia tertawa tentang hari depan." (ayat 25)
Apakah kamu bisa melakukan hal yang sama seperti Wanita Bijak dalam Amsal 31?
Waktu kita menempatkan Tuhan sebagai tempat perlindungan kita
di tengah badai dan goncangan hidup, kita bisa beristirahat dengan percaya diri dalam penyediaan-Nya, tersenyum dan bukannya resah!
Alkitab berjanji, “Walau
seribu orang rebah di sisimu, dan sepuluh ribu di sebelah kananmu, tetapi itu tidak akan menimpamu.” (Mazmur 91: 7)
Kita memandang Tuhan sebagai sumber harapan kita.
Wanita bijak di dalam Amsal ini sangat percaya diri atas penyediaan
Tuhan atas masa depannya. Walau begitu, dia gak serba merta berdiam diri saja dan
menunggu. Sebaliknya, dia bekerja dan menabur untuk sesuatu yang belum
didapatkannya untuk jangka waktu satu hari. Kita diberitahu kalau wanita tersebut
membeli ladang dan menanam kebun anggurnya (Amsal 31: 16). Dan sebagaimana Tuhan memberkati dia, dia bertekad untuk menjadi berkat bagi orang lain.
“Ia
memberikan tangannya kepada yang tertindas, mengulurkan tangannya kepada yang miskin.” (ayat 20)
Dia belajar untuk berinvestasi melalui hidupnya dengan membagikan
apa yang dia punya untuk orang lain. Dan sebagaimana Tuhan memberkati dia, dia juga mau memberkati orang lain (Kejadian 12: 2).
Dengan cara yang sama seperti yang didapatkan oleh wanita ini,
Tuhan juga akan memberkati kita dengan melimpah. Apa yang kamu perbuat untuk
orang lain akan diperhitungkan oleh Tuhan dan setiap benih yang kamu tabur akan dikembalikan kepada kita dengan jumlah yang melimpah (Lukas 6: 38).
Mari belajar tentang kisah dua petani ini.
Ada dua petani yang menghadapi masa sulit.
Dua petani ini sedih karena ladang mereka kering. Kekeringan terjadi sepanjang tahun dan uang pinjaman dari bank sudah tak lagi bersisa.
Kekeringan di tahun sebelumnya tentu saja membuat harapan mereka
menjadi hilang untuk tahun berikutnya. Saat ahli cuaca mulai meramalkan kondisi
cuaca berikutnya, kedua petani itu datang kepada Tuhan dan menegadahkan wajah mereka ke surga dan meminta Tuhan untuk mengirimkan hujan.
Minggu-minggu berlalu. Hujan masih tetap belum datang. Saat ada
yang bertanya, keduanya akan menjawab kalau mereka tetap beriman jika Tuhan akan menjawab doa-doa mereka.
Tapi satu satu petani yang melakukan sesuatu. Dia memanjat traktornya, membajak ladang dan menanam benih.
Lalu pada waktunya, Tuhan menjawab doa-doa para petani itu dan
mengirimkan hujan. Tapi hanya satu petani yang memanen hasilnya. Kenapa? Karena
terlepas dari kekeringan yang terjadi, petani ini percaya Tuhan akan memberkati
benih yang dia tanam dengan iman. Dia menabur benih itu dengan tangannya dan Tuhan sendiri yang memberikan pertumbuhan dan tuaian.
Di masa-masa ini, ada banyak tantangan nyata dalam menghadapi
kondisi ekonomi kita. Kalau kita takut akan kekurangan, kita bisa tergoda untuk
berkompromi pada apapun juga. Apalagi ketika dunia memberikan kita pilihan untuk menimbun apa yang kita punya.
Sementara Tuhan memanggil kita untuk menabur atau memberi
yaitu melepaskan benih yang kita punya untuk kerajaan Allah. Tepat pada
waktunya Tuhan, kita akan menuai berkat-Nya dalam hidup dan mengalami
kelimpahan atas penyediaan dan perlindungan-Nya yang supranatural. Tuhan gak pernah mengabaikan taburan kita. Sebaliknya, Dia akan melipatgandakan taburan kita.
Jadi jika kamu adalah salah satu dari dua petani itu. Kamu lebih memilih jadi petani yang mana?
Tuhan mau kita berjalan dalam hubungan yang penuh kasih, taat,
penuh iman di dalam Dia. Dengan itulah Dia akan memberkati keuangan, kesehatan dan masa depan kita.
Jadi, ambillah langkah iman hari ini untuk mempercayai Tuhan melalui
apa yang kamu punya. Beranilah untuk menabur dengan iman bagi kerajaan-Nya lalu
nantikan janji-Nya atas hidupmu.
Jangan pernah menunggu masa depanmu yang gak pasti dengan
kesedihan. Tapi sambutnya dengan segaris senyuman hangat yang disertai dengan kerja
keras.